Kamis, 14 Juni 2012

Kematian Sel


KEMATIAN SEL
Apoptosis
Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

Apoptosis (dari bahasa Yunani apo = "dari" dan ptosis = "jatuh") adalah mekanisme biologi yang merupakan salah satu jenis kematian sel terprogram. Apoptosis digunakan oleh organisme multisel untuk membuang sel yang sudah tidak diperlukan oleh tubuh. Apoptosis berbeda dengan nekrosis. Apoptosis pada umumnya berlangsung seumur hidup dan bersifat menguntungkan bagi tubuh, sedangkan nekrosis adalah kematian sel yang disebabkan oleh kerusakan sel secara akut. Contoh nyata dari keuntungan apoptosis adalah pemisahan jari pada embrio. Apoptosis yang dialami oleh sel-sel yang terletak di antara jari menyebabkan masing-masing jari menjadi terpisah satu sama lain.Daftar isi [sembunyikan]
1 Fungsi apoptosis
1.1 Hubungan dengan kerusakan sel atau infeksi
1.2 Sebagai respon stress atau kerusakan DNA
1.3 Sebagai upaya menjaga kestabilan jumlah sel
1.4 Sebagai bagian dari pertumbuhan
1.5 Regulasi sistem imun
2 Proses apoptosis
2.1 Secara morfologi
3 Uji laboratorium untuk apoptosis


Apoptosis dapat terjadi misalnya ketika sel mengalami kerusakan yang sudah tidak dapat diperbaiki lagi. Keputusan untuk melakukan apoptosis berasal dari sel itu sendiri, dari jaringan yang mengelilinginya, atau dari sel yang berasal dari sistem imun.

Bila sel kehilangan kemampuan untuk melakukan apoptosis (misalnya karena mutasi), atau bila inisiatif untuk melakukan apoptosis dihambat (oleh virus), sel yang rusak dapat terus membelah tanpa terbatas, yang akhirnya menjadi kanker. Sebagai contoh, salah satu hal yang dilakukan oleh virus papilloma manusia (HPV) saat melakukan pembajakan sistem genetik sel adalah menggunakan gen E6 yang mendegradasi protein p53. Padahal protein p53 berperan sangat penting pada mekanisme apoptosis. Oleh karena itu, infeksi HPV dapat berakibat pada tumbuhnya kanker serviks.
[sunting]
Sebagai respon stress atau kerusakan DNA

Kondisi yang mengakibatkan sel mengalami stress, misalnya kelaparan, atau kerusakan DNA akibat racun atau paparan terhadap ultraviolet atau radiasi (misalnya radiasi gamma atau sinar X), dapat menyebabkan sel memulai proses apoptosis.
[sunting]
Sebagai upaya menjaga kestabilan jumlah sel

Pada organisme dewasa, jumlah sel dalam suatu organ atau jaringan harus bersifat konstan pada range tertentu. Sel darah dan kulit, misalnya, selalu diperbarui dengan pembelahan diri sel-sel progenitornya, tetapi pembelahan diri tersebut harus dikompensasikan dengan kematian sel yang tua.

Diperkirakan 50-70 milyar sel mati setiap harinya karena apoptosis pada manusia dewasa. Dalam satu tahun, jumlah pembelahan sel dan kematian yang terjadi pada tubuh seseorang mencapai kurang lebih sama dengan berat badan orang tersebut.

Keseimbangan (homeostasis) tercapai ketika kecepatan mitosis (pembelahan sel) pada jaringan disamai oleh kematian sel. Bila keseimbangan ini terganggu, salah satu dari hal berikut ini akan terjadi:
Bila kecepatan pembelahan sel lebih tinggi daripada kecepatan kematian sel, akan terbentuk tumor
Bila kecepatan pembelahan sel lebih rendah daripada kecepatan kematian sel, akan terjadi penyakit karena kekurangan sel.

Kedua keadaan tersebut dapat bersifat fatal atau sangat merusak.
[sunting]
Sebagai bagian dari pertumbuhan

Kematian sel terprogram merupakan bagian penting pada perkembangan jaringan tumbuhan dan metazoa (organisme multisel). Sel yang mengalami apoptosis mengkerut dan inti selnya mengecil, sehingga sel tersebut dapat dengan mudah difagositosis. Proses fagositosis memungkinkan komponen-komponen sel yang tersisa digunakan kembali oleh makrofaga atau sel-sel yang berada di sekitarnya.
[sunting]
Regulasi sistem imun

Sel B dan sel T adalah pelaku utama pertahanan tubuh terhadap zat asing yang dapat menginfeksi tubuh, maupun terhadap sel-sel dari tubuh sendiri yang mengalami perubahan menjadi ganas.

Dalam melakukan tugasnya, sel B dan T harus memiliki kemampuan untuk membedakan antara "milik sendiri" (self) dari "milik asing" (non-self), dan antara antigen "sehat" dan "tidak sehat". (Antigen adalah bagian protein yang dapat berkomplemen secara tepat dengan reseptor unik yang dimiliki sel B dan T pada membran selnya).

"Sel T pembunuh" (killer T cells) menjadi aktif saat terpapar potongan-potongan protein yang tidak sempurna (misalnya karena mutasi), atau terpapar antigen asing karena adanya infeksi virus. Setelah sel T menjadi aktif, sel-sel tersebut bermigrasi keluar dari lymph node, menemukan dan mengenali sel-sel yang tidak sempurna atau terinfeksi, dan membuat sel-sel tersebut melakukan kematian sel terprogram.
[sunting]
Proses apoptosis
[sunting]
Secara morfologi

Sel yang mengalami apoptosis menunjukkan morfologi unik yang dapat dilihat menggunakan mikroskop:
Sel terlihat membulat. Hal itu terjadi karena struktur protein yang menyusun cytoskeleton mengalami pemotongan oleh peptidase yang dikenal sebagai caspase. Caspase diaktivasi oleh mekanisme sel itu sendiri.
Kromatin mengalami degradasi awal dan kondensasi.
Kromatin mengalami kondensasi lebih lanjut dan membentuk potongan-potongan padat pada membran inti.
Membran inti terbelah-belah dan DNA yang berada didalamnya terpotong-potong.
Sel mengalami fagositosis, atau
Sel pecah menjadi beberapa bagian yang disebut badan apoptosis, yang kemudian difagositosis.
[sunting]
Uji laboratorium untuk apoptosis
Uji TUNEL. Uji ini menandai sel dengan DNA yang rusak. Uji ini tidak spesifik untuk apoptosis karena juga dapat menandai sel yang mengalami nekrosis.
Uji Caspase
Uji Annexin
DNA laddering

Peran Ca (Kalsium) Dalam Proses Kematian Sel Terprogram

September 26, 2009

Apoptosis adalah proses aktif kematian sel yang ditandai dengan pembelahan DNA kromosom, kondensasi kromatin, serta fragmentasi nukleus dan sel itu sendiri. Mutasi yang menekan gen untuk mekanisme tersebut biasanya dapat memicu terjadinya kanker. Apoptosis atau programmed cell death pada awalnya digambarkan oleh peneliti Kerr et al. (1972). Dalam penelitiannya disimpulkan bahwa apoptosis bisa terjadi secara lokal tanpa mempengaruhi sel tetangga. Keadaan ini berbeda dengan nekrosis yang merupakan kematian dari sel akibat respons patologis dan mengakibatkan peradangan jaringan Oleh sebab itu beberapa peneliti mendefinisikan bahwa apoptosis merupakan suatu kematian sel yang berperan pada morfogenesis untuk mengatur proses pendewasaan organismus dalam tahap embriogenesis, homeostasis serta meniadakan atau menghilangkan sel-sel yang tidak berguna lagi termasuk yang sudah tua, atau yang rusak, tanpa mengobah atruktur anatomi dan fungsi dari organ.

Dalam konteks fisiologis, apoptosis terjadi kalau ada kerusakan pada sel atau juga pada sel yang tidak dibutuhkan lagi dengan kata lain, berperan dalam pertumbuhan serta remodeling. Dalam hal pertumbuhan dan remodeling sel dibutuhkan antiapoptosik berupa neuroptrofik

Proliferasi sel dapat dipengaruhi oleh kmponen-komponen pembangun sel, sebagai contoh, mitokondria. Mitokondria merupakan organel pada sel yang secara umum diketahui berfungsi sebagai penghasil energi sel melalui proses respirasi. Namun ternyata fungsi dari mitokondria tidak hanya sampai di situ, lebih luas lagi mitokondria berfungsi mengatur dinamika sinyal Ca2+ dalam sel yang berguna untuk mengaktivasi faktor transkripsi dan ekspresi gen serta mengatur proses siklus sel.

Tulisan ini disusun bersumber dari dua jurnal ilmiah. Jurnal pertama menjelaskan tentang bagaimana Sintesis triterpenoid 2-cyano-3,12-dioxooleana-1,9-dien-28-oic acid (CDDO) dapat menginduksi kalsium (Ca2+) yang nantinya dapat menstimulus terjadinya kematian sel pada sel tumor atau kanker dan jurnal yang ke dua mengenai bagaimana keterkaitan antara penghambatan Protein Kinase C dengan kerja kalsium untuk menstimulus terjadinya apoptosis pada sel limfosit leukimia yang sudah akut.

Proliferasi sel dapat dipengaruhi oleh kmponen-komponen pembangun sel, sebagai contoh, mitokondria. Mitokondria merupakan organel pada sel yang secara umum diketahui berfungsi sebagai penghasil energi sel melalui proses respirasi. Namun ternyata fungsi dari mitokondria tidak hanya sampai di situ, lebih luas lagi mitokondria berfungsi mengatur dinamika sinyal Ca2+ dalam sel yang berguna untuk mengaktivasi faktor transkripsi dan ekspresi gen serta mengatur proses siklus sel.

Penghambatan fungsi mitokondria dapat mempengaruhi Commitment dan completion dari siklus sel dengan laju metabolisme yang tinggi seperti pertumbuhan sel kanker. Benzothiadiazine diazoxide yang terdepolarisasi pada membran mitokondria dapat mengurangi laju proliferasi dan menahan sel berada pada fase G0 atau G1, mereduksi influks ion Ca2+ pada sel sel tumor dengan mengatur channel ion Icrac (Holmuhamedov, et al., 2002). Oleh karena itu, dengan adanya kemampuan mitokondria dalam mengendalikan proliferasi sel tersebut diharapkan kita dapat mengatasi tumor yang disebabkan proliferasi sel secara besar-besaran karena kita dapat menghambat proses proliferasinya.

Sintesis triterpenoid 2-cyano-3,12-dioxooleana- 1,9-dien-28-oic acid (CDDO) merupakan agen anti kanker yang dapat menginduksi apoptosis pada sel tumor. Pada percobaan ini dilakukan uji unuk membandingkan perbedaan efek dari CDDO pada COLO 16 sel kanker kulit pada manusia terutama pada sel yang mengalami diferensiasi respirasi (po ).

Percobaan ini dilakukan dengan memberikan CDDO ke dalam sel COLO 16 yang merupakan sel kanker pada kulit manusia. Setelah diberikan CDDO ternyata dapat menyebabkan kondensasi mitokondria, pembesaran pada retikulum endoplasma dan kondensasi kromosom.Namun diamati pula pada (po ) yang telah di tandai mitokondrianya ternyata terdapat kelainan pada mitkondrianya. Yaitu terganggunya homoestasis dari Ca2+ yang dapat mengakibatkan kematian sel. Ca2+ yang ditandai, mengkonfirmasi bahwa pemberian CDDO meningkatkan kadar Ca2+ bebas di dalam sitoplasma sel COLO 16 pada bagian (po ). Sehingga dapat menginduksi terjadinya kematian sel pada sel kanker ini karena sel kanker tidak dapat mengikat Ca2+ dengan baik (tidak permeable terhadap kalsium). namun apa bila penambahan CDDO dilakukan terhadap sel yang mampu mengikat Ca2+ dengan baik penambahan CDDO hanya akan menghambat aktivasi dari aktivasi kaspase yang akan mencegah terjadinya apoptosis pada sel. Hal ini yang membuktikan bahwa Ca2+ memegang peranan penting dalam kematian sel (apoptosis).

Sudah diketahui bahwa Ca2+ memegang peranan penting dalam kematian sel sehingga dapat diaplikasikan dalam pengobatan sel kanker. Dalam jurnal ke 2 dijelaskan bagaimana Protein kinase dapat menghambat produksi kalsium dalam menginduksi terjadinya apoptosis. Ternyata setelah diberikan kalsium mobilizer saja pada sel limphoblast leukimia akut di dalam percobaan tidak dapat menyebabkan apoptosis. Karena setelah diteliti ditemukan adanya penghambat yaitu protein kinase C (PKC). Oleh karena itulah pada percobaan ini diberikan penghambat PKC (PKC inhibitor) serta beberapa kombinasi dengan beberapa kalsium mobilizer(yang berfungsi sebagai pembawa kalsium dalam sel) dan hasilnya kombinasi antara PKC inhibitor dengan kalsium mobilizer dapat menyebabkan apoptosis pada sel kanker. Dan dari percobaan ini kalsium mobilizer yang paling baik adalah B43 αCD19.

Berikut hasil dari percobaanya :


Proses ini berfungsi untuk menghalangi komunikasi antara mitokondria dan jalur sinyal ion Ca2+  sehingga proses  pertumbuhan sel dapat diatur. Tentu saja dalam hal ini inhibitor merupakan komponen kunci yang dapat mendepolarisasi mitokondria, dalam percobaan ini digunakan benzothiadiazine diazoxide.Benzothiadiazine diazoxide dapat menyebabkan mekanisme dasar agar sel melakukan antiproliferative dalam fase G0 atau G1

Gangguan regulasi apoptosis bisa juga menyebabkan peningkatan sinsivitas terhadap pertumbuhan sel tumor. Oleh sebab itu terapi untuk memodulasi apoptosis memberikan harapan dalam penanggulangan transformasi sel tumor termasuk proliferasi limfosit atau imunodenfisiensi. Pada transformasi tumor pemicu apoptosis pada sel ganas dapatdigunakan sebagai mekanisme kontrol terhadap pertumbuhan tumor Stimulasi apoptosis dalam hal tumor sangat penting diketahui sebagai dasar strategi untuk terapi (Mitchell and Cotran,1997).

“Maha suci Allah yang menciptakan segala sesuatunya dengan mendetail dan terperinci”

PENUAAN DAN KEMATIAN SEL JARINGAN

Dalam kaitannya dengan pertumbuhan dan perkembangan sel, kematian menjadi salah satu aspek yang tidak terelakkan. Beberapa faktor dapat menjadi alasan kematian, yaitu akibat penuaan, kematian terprogram, dan pengaruh dari lingkungan luar.

Nekrosis dan Apoptosis

Pada sel hewan, penuaan dan kematian sel dan jaringan dapat melalui dua proses, yaitu nekrosis atau apoptosis

Nekrosis

Kematian sel dan jaringan secara tidak alami.

· Urutan kronologis tahapan yang terjadi antara lain:

1. pembengkakan sel

2. digesti kromatin

3. rusaknya membran (plasma dan organel)

4. hidrolisis DNA

5. vakuolasi oleh ER

6. penghancuran organel

7. lisis sel

o Pelepasan isi intrasel setelah rusaknya membran plasma adalah penyebab dari inflamasi / peradangan pada nekrosis

Apoptosis

Aksi bunuh diri sel yang dikenal juga sebagai kematian terprogram, di mana program ‘bunuh diri’ ini diaktivasi dan diregulasi oleh sel itu sendiri.

· Urutan kronologis tahapan yang terjadi antara lain:

1. fragmentasi DNA

2. penyusutan dari sitoplasma

3. perubahan pada membran

4. kematian sel tanpa lisis atau merusak sel tetangga.


Perbedaan antara Nekrosis dan Apoptosis

Nekrosis          Apoptosis

Kematian oleh faktor luar sel  Kematian diprogram oleh sel

Sel membengkak         Sel tetap ukurannya

Pembersihan debris oleh fagosit dan sistem imun sulit           Pembersihan berlangsung cepat

Sel sekarat tidak dihancurkan fagosit maupun sistem imun   Sel sekarat akan ditelan fagosit karena ada sinyal dari sel

Lisis sel           Non-lisis

Merusak sel tetangga (inflamasi)        Sel tetangga tetap hidup normal


Alasan / Tujuan Kematian Sel
Pada perkembangan sistem saraf tulang belakang, lebih dari setengah sel saraf umumnya mati setelah mereka dibentuk.
Pada manusia dewasa yang sehat, milyaran sel mati pada sumsum tulang dan saluran pencernaan setiap jamnya.
Untuk apa sel dalam jumlah banyak ini mati dalam keadaan yang sangat sehat?!

Berikut ini adalah beberapa alasan yang mendasari kematian terprogram pada sel:
Untuk proses pembentukan morfologis
Telapak tikus dibentuk oleh kematian sel selama perkembangan embrionik
Untuk proses pembuangan struktur yang tidak berguna
Kecebong kehilangan ekor karena struktur itu tidak lagi dibutuhkan
Meregulasi jumlah sel

1. sistem saraf sesuai dengan jumlah sel target

2. jaringan dewasa tidak membengkak atau menyusut

3. hati tikus dewasa yang dipotong sebagian akan tumbuh kembali utuh sesuai ukuran awal, vice versa
Pada manusia dewasa, kematian sel setara dengan pembelahan sel
Sebagai respon sel terhadap infeksi, kerusakan sel, kerusakan DNA, atau stress

Regulasi Kematian Sel

Apoptosis dimediasi oleh senyawa cascade proteolitik intraseluler
Protease dengan sistein pada situs aktifnya dan memotong target protein pada asam aspartat spesifik.
Sering disebut sebagai caspase, disintesis dalam bentuk procaspase
Procaspase dipotong oleh caspase, berikatan dengan protein adaptor menjadi aktif
Beberapa potong lamina inti, bebaskan DNAse, dst.



Kematian Sel
Stimulus yang terlalu berat dan berlangsung lama serta melebihi kapasitas adaptif sel akan menyebabkan kematian sel dimana sel tidak mampu lagi mengkompensasi tuntutan perubahan. Sekelompok sel yang mengalami kematian dapat dikenali dengan adanya enzim-enzim lisis yang melarutkan berbagai unsur sel serta timbulnya peradangan. Leukosit akan membantu mencerna sel-sel yang mati dan selanjutnya mulai terjadi perubahan-perubahan secara morfologis.

Kematian sekelompok sel atau jaringan pada lokasi tertentu dalam tubuh disebut nekrosis. Nekrosis biasanya disebabkan karena stimulus yang bersifat patologis. Selain karena stimulus patologis, kematian sel juga dapat terjadi melalui mekanisme kematian sel yang sudah terprogram dimana setelah mencapai masa hidup tertentu maka sel akan mati. Mekanisme ini disebut apoptosis, sel akan menghancurkan dirinya sendiri (bunuh diri/suicide), tetapi apoptosis dapat juga dipicu oleh keadaan iskemia.


Apoptosis

Apoptosis adalah kematian sel yang terprogram (programmed cell death), adalah suatu komponen yang normal terjadi dalam perkembangan sel untuk menjaga keseimbangan pada organisme multiseluler. Sel-sel yang mati adalah sebagai respons dari beragam stimulus dan selama apoptosis kematian sel-sel tersebut terjadi secara terkontrol dalam suatu regulasi yang teratur.

Informasi genetik pemicu apoptosis aktif setelah sel menjalani masa hidup tertentu, menyebabkan perubahan secara morfologis termasuk perubahan pada inti sel. Kemudian sel akan terfragmentasi menjadi badan apoptosis, selanjutnya fragmen tersebut diabsorpsi sehingga sel yang mati menghilang.




Nekrosis

Nekrosis merupakan kematian sel sebagai akibat dari adanya kerusakan sel akut atau trauma (mis: kekurangan oksigen, perubahan suhu yang ekstrem, dan cedera mekanis), dimana kematian sel tersebut terjadi secara tidak terkontrol yang dapat menyebabkan rusaknya sel, adanya respon peradangan dan sangat berpotensi menyebabkan masalah kesehatan yang serius.

1. Perubahan Mikroskopis

Perubahan pada sel yang nekrotik terjadi pada sitoplasma dan organel-organel sel lainnya. Inti sel yang mati akan menyusut (piknotik), menjadi padat, batasnya tidak teratur dan berwarna gelap. Selanjutnya inti sel hancur dan meninggalkan pecahan-pecahan zat kromatin yang tersebar di dalam sel. Proses ini disebut karioreksis. Kemudian inti sel yang mati akan menghilang (kariolisis).



2. Perubahan Makroskopis

Perubahan morfologis sel yang mati tergantung dari aktivitas enzim lisis pada jaringan yang nekrotik. Jika aktivitas enzim lisis terhambat maka jaringan nekrotik akan mempertahankan bentuknya dan jaringannya akan mempertahankan ciri arsitekturnya selama beberapa waktu. Nekrosis ini disebut nekrosis koagulatif, seringkali berhubungan dengan gangguan suplai darah. Contohnya gangren.



Jaringan nekrotik juga dapat mencair sedikit demi sedikit akibat kerja enzim dan proses ini disebut nekrosis liquefaktif. Nekrosis liquefaktif khususnya terjadi pada jaringan otak, jaringan otak yang nekrotik mencair meninggalkan rongga yang berisi cairan.

Pada keadaan lain sel-sel nekrotik hancur tetapi pecahannya tetap berada pada tempatnya selama berbulan-bulan atau bahkan bertahun-tahun dan tidak bisa dicerna. Jaringan nekrotik ini tampak seperti keju yang hancur. Jenis nekrosis ini disebut nekrosis kaseosa, contohnya pada tuberkulosis paru.

Jaringan adiposa yang mengalami nekrosis berbeda bentuknya dengan jenis nekrosis lain. Misalnya jika saluran pankreas mengalami nekrosis akibat penyakit atau trauma maka getah pankreas akan keluar menyebabkan hidrolisis jaringan adiposa (oleh lipase) menghasilkan asam berlemak yang bergabung dengan ion-ion logam seperti kalsium membentuk endapan seperti sabun. Nekrosis ini disebut nekrosis lemak enzimatik.

3. Perubahan Kimia Klinik

Kematian sel ditandai dengan menghilangnya nukleus yang berfungsi mengatur berbagai aktivitas biokimiawi sel dan aktivasi enzim autolisis sehingga membran sel lisis. Lisisnya membran sel menyebabkan berbagai zat kimia yang terdapat pada intrasel termasuk enzim spesifik pada sel organ tubuh tertentu masuk ke dalam sirkulasi dan meningkat kadarnya di dalam darah.

Misalnya seseorang yang mengalami infark miokardium akan mengalami peningkatan kadar LDH, CK dan CK-MB yang merupakan enzim spesifik jantung. Seseorang yang mengalami kerusakan hepar dapat mengalami peningkatan kadar SGOT dan SGPT. Namun peningkatan enzim tersebut akan kembali diikuti dengan penurunan apabila terjadi perbaikan.




Dampak Nekrosis

Jaringan nekrotik akan menyebabkan peradangan sehingga jaringan nekrotik tersebut dihancurkan dan dihilangkan dengan tujuan membuka jalan bagi proses perbaikan untuk mengganti jaringan nekrotik. Jaringan nekrotik dapat digantikan oleh sel-sel regenerasi (terjadi resolusi) atau malah digantikan jaringan parut. Jika daerah nekrotik tidak dihancurkan atau dibuang maka akan ditutup oleh jaringan fibrosa dan akhirnya diisi garam-garam kalsium yang diendapkan dari darah di sekitar sirkulasi jaringan nekrotik . Proses pengendapan ini disebut kalsifikasi dan menyebabkan daerah nekrotik mengeras seperti batu dan tetap berada selama hidup.


Perubahan-perubahan pada jaringan nekrotik akan menyebabkan :

1. Hilangnya fungsi daerah yang mati.
2. Dapat menjadi fokus infeksi dan merupakan media pertumbuhan yang baik untuk bakteri tertentu, misalnya bakteri saprofit pada gangren.
3. Menimbulkan perubahan sistemik seperti demam dan peningkatan leukosit.
4. Peningkatan kadar enzim-enzim tertentu dalam darah akibat kebocoran sel-sel yang mati.

Pengertian sel

Sel merupakan unit organisasi terkecil yang menjadi dasar kehidupan dalam arti biologis. Semua fungsi kehidupan diatur dan berlangsung di dalam sel. Karena itulah, sel dapat berfungsi secara autonom asalkan seluruh kebutuhan hidupnya terpenuhi.

Makhluk hidup (organisme) tersusun dari satu sel tunggal (uniselular), misalnya bakteri, Archaea, serta sejumlah fungi dan protozoa) atau dari banyak sel (multiselular). Pada organisme multiselular terjadi pembagian tugas terhadap sel-sel penyusunnya, yang menjadi dasar bagi hirarki hidup.

Struktur sel dan fungsi-fungsinya secara menakjubkan hampir serupa untuk semua organisme, namun jalur evolusi yang ditempuh oleh masing-masing golongan besar organisme (Regnum) juga memiliki kekhususan sendiri-sendiri. Sel-sel prokariota beradaptasi dengan kehidupan uniselular sedangkan sel-sel eukariota beradaptasi untuk hidup saling bekerja sama dalam organisasi yang sangat rapi.

Struktur sel
Artikel utama untuk bagian ini adalah: Struktur sel

Secara umum setiap sel memiliki
membran sel,
sitoplasma, dan
inti sel atau nukleus.

Sel tumbuhan dan sel bakteri memiliki lapisan di luar membran yang dikenal sebagai dinding sel. Dinding sel bersifat tidak elastis dan membatasi perubahan ukuran sel. Keberadaan dinding sel juga menyebabkan terbentuknya ruang antarsel, yang pada tumbuhan menjadi bagian penting dari transportasi hara dan mineral di dalam tubuh tumbuhan.

Sitoplasma dan inti sel bersama-sama disebut sebagai protoplasma. Sitoplasma berwujud cairan kental (sitosol) yang di dalamnya terdapat berbagai organel yang memiliki fungsi yang terorganisasi untuk mendukung kehidupan sel. Organel memiliki struktur terpisah dari sitosol dan merupakan "kompartementasi" di dalam sel, sehingga memungkinkan terjadinya reaksi yang tidak mungkin berlangsung di sitosol. Sitoplasma juga didukung oleh jaringan kerangka yang mendukung bentuk sitoplasma sehingga tidak mudah berubah bentuk.

Organel-organel yang ditemukan pada sitoplasma adalah
mitokondria (kondriosom)
badan Golgi (diktiosom)
retikulum endoplasma
plastida (khusus tumbuhan, mencakup leukoplas, kloroplas, dan kromoplas)
vakuola (khusus tumbuhan)

Pertumbuhan dan perkembangan sel

Pertumbuhan dan perkembangan umumnya terjadi pada organisme multiseluler yang hidup.
[sunting]
Siklus sel

Siklus sel adalah proses duplikasi secara akurat untuk menghasilkan jumlah DNA kromosom yang cukup banyak dan mendukung segregasi untuk menghasilkan dua sel anakan yang identik secara genetik. Proses ini berlangsung terus-menerus dan berulang (siklik)

Pertumbuhan dan perkembangan sel tidak lepas dari siklus kehidupan yang dialami sel untuk tetap bertahan hidup. Siklus ini mengatur pertumbuhan sel dengan meregulasi waktu pembelahan dan mengatur perkembangan sel dengan mengatur jumlah ekspresi atau translasi gen pada masing-masing sel yang menentukan diferensiasinya.
[sunting]
Fase pada siklus sel
Fase S (sintesis): Tahap terjadinya replikasi DNA
Fase M (mitosis): Tahap terjadinya pembelahan sel (baik pembelahan biner atau pembentukan tunas)
Fase G (gap): Tahap pertumbuhan bagi sel.
Fase G0, sel yang baru saja mengalami pembelahan berada dalam keadaan diam atau sel tidak melakukan pertumbuhan maupun perkembangan. Kondisi ini sangat bergantung pada sinyal atau rangsangan baik dari luar atau dalam sel. Umum terjadi dan beberapa tidak melanjutkan pertumbuhan (dorman) dan mati.
Fase G1, sel eukariot mendapatkan sinyal untuk tumbuh, antara sitokinesis dan sintesis.
Fase G2, pertumbuhan sel eukariot antara sintesis dan mitosis.
Fase tersebut berlangsung dengan urutan S > G2 > M > G0 > G1 > kembali ke S. Dalam konteks Mitosis, fase G dan S disebut sebagai Interfase.
[sunting]
Regenerasi dan diferensiasi sel

Regenerasi sel adalah proses pertumbuhan dan perkembangan sel yang bertujuan untuk mengisi ruang tertentu pada jaringan atau memperbaiki bagian yang rusak.

Diferensiasi sel adalah proses pematangan suatu sel menjadi sel yang spesifik dan fungsional, terletak pada posisi tertentu di dalam jaringan, dan mendukung fisiologis hewan. Misalnya, sebuah stem cell mampu berdiferensiasi menjadi sel kulit.

Saat sebuah sel tunggal, yaitu sel yang telah dibuahi, mengalami pembelahan berulang kali dan menghasilkan pola akhir dengan keakuratan dan kompleksitas yang spektakuler, sel itu telah mengalami regenerasi dan diferensiasi.

STRUKTUR DAN FUNGSI SEL

Penelitian menunjukkan bahwa satuan unit terkecil dari kehidupan adalah Sel. Kata “sel” itu sendiri dikemukakan oleh Robert Hooke yang berarti “kotak-kotak kosong”, setelah ia mengamati sayatan gabus dengan mikroskop.
Selanjutnya disimpulkan bahwa sel terdiri dari kesatuan zat yang dinamakan Protoplasma. Istilah protoplasma pertama kali dipakai oleh Johannes Purkinje; menurut Johannes Purkinje protoplasma dibagi menjadi dua bagian yaitu Sitoplasma dan Nukleoplasma
Robert Brown mengemukakan bahwa Nukleus (inti sel) adalah bagian yang memegang peranan penting dalam sel,Rudolf Virchow mengemukakan sel itu berasal dari sel (Omnis Cellula E Cellula).

ANATOMI DAN FISIOLOGI SEL

Secara anatomis sel dibagi menjadi 3 bagian, yaitu:
1. Selaput Plasma (Membran Plasma atau Plasmalemma).
2. Sitoplasma dan Organel Sel.
3. Inti Sel (Nukleus).

1. Selaput Plasma (Plasmalemma)Yaitu selaput atau membran sel yang terletak paling luar yang tersusun dari senyawa kimia Lipoprotein (gabungan dari senyawa lemak atau Lipid dan senyawa Protein).
Lipoprotein ini tersusun atas 3 lapisan yang jika ditinjau dari luar ke dalam urutannya adalah:Protein – Lipid – Protein Þ Trilaminer Layer

Lemak bersifat Hidrofebik (tidak larut dalam air) sedangkan protein bersifat Hidrofilik (larut dalam air); oleh karena itu selaput plasma bersifat Selektif Permeabel atau Semi Permeabel (teori dari Overton).

Selektif permeabel berarti hanya dapat memasukkan /di lewati molekul tertentu saja.

Fungsi dari selaput plasma ini adalah menyelenggarakan Transportasi zat dari sel yang satu ke sel yang lain.

Khusus pada sel tumbahan, selain mempunyai selaput plasma masih ada satu struktur lagi yang letaknya di luar selaput plasma yang disebut Dinding Sel (Cell Wall).

Dinding sel tersusun dari dua lapis senyawa Selulosa, di antara kedua lapisan selulosa tadi terdapat rongga yang dinamakan Lamel Tengah (Middle Lamel) yang dapat terisi oleh zat-zat penguat seperti Lignin, Chitine, Pektin, Suberine dan lain-lainSelain itu pada dinding sel tumbuhan kadang-kadang terdapat celah yang disebut Noktah. Pada Noktah/Pit sering terdapat penjuluran Sitoplasma yang disebut Plasmodesma yang fungsinya hampir sama dengan fungsi saraf pada hewan.

2. Sitoplasma dan Organel SelBagian yang cair dalam sel dinamakan Sitoplasma khusus untuk cairan yang berada dalam inti sel dinamakan Nukleoplasma), sedang bagian yang padat dan memiliki fungsi tertentu digunakan Organel Sel.
Penyusun utama dari sitoplasma adalah air (90%), berfungsi sebagai pelarut zat-zat kimia serta sebagai media terjadinya reaksi kirnia sel.Organel sel adalah benda-benda solid yang terdapat di dalam sitoplasma dan bersifat hidup(menjalankan fungsi-fungsi kehidupan).

Organel Sel tersebut antara lain :

a. Retikulum Endoplasma (RE.)Yaitu struktur berbentuk benang-benang yang bermuara di inti sel.
Dikenal dua jenis RE yaitu :• RE. Granuler (Rough E.R)• RE. Agranuler (Smooth E.R)
Fungsi R.E. adalah : sebagai alat transportasi zat-zat di dalam sel itu sendiri. Struktur R.E. hanya dapat dilihat dengan mikroskop elektron.

b. Ribosom (Ergastoplasma)Struktur ini berbentuk bulat terdiri dari dua partikel besar dan kecil, ada yang melekat sepanjang R.E. dan ada pula yang soliter. Ribosom merupakan organel sel terkecil yang tersuspensi di dalam sel.
Fungsi dari ribosom adalah : tempat sintesis protein.Struktur ini hanya dapat dilihat dengan mikroskop elektron.

c. Miitokondria (The Power House)Struktur berbentuk seperti cerutu ini mempunyai dua lapis membran.Lapisan dalamnya berlekuk-lekuk dan dinamakan KristaFungsi mitokondria adalah sebagai pusat respirasi seluler yang menghasilkan banyak ATP (energi) ; karena itu mitokondria diberi julukan “The Power House”.

d. LisosomFungsi dari organel ini adalah sebagai penghasil dan penyimpan enzim pencernaan seluler. Salah satu enzi nnya itu bernama Lisozym.

e. Badan Golgi (Apparatus Golgi = Diktiosom)Organel ini dihubungkan dengan fungsi ekskresi sel, dan struktur ini dapat dilihat dengan menggunakan mikroskop cahaya biasa.Organel ini banyak dijumpai pada organ tubuh yang melaksanakan fungsi ekskresi, misalnya ginjal.

f. Sentrosom (Sentriol)Struktur berbentuk bintang yang berfungsi dalam pembelahan sel (Mitosis maupun Meiosis). Sentrosom bertindak sebagai benda kutub dalam mitosis dan meiosis.Struktur ini hanya dapat dilihat dengan menggunakan mikroskop elektron.

g. PlastidaDapat dilihat dengan mikroskop cahaya biasa.
Dikenal tiga jenis plastida yaitu :
1. Lekoplas (plastida berwarna putih berfungsi sebagai penyimpan makanan),terdiri dari:
• Amiloplas (untak menyimpan amilum) dan,• Elaioplas (Lipidoplas) (untukmenyimpan lemak/minyak).• Proteoplas (untuk menyimpan protein).
2. Kloroplas yaitu plastida berwarna hijau. Plastida ini berfungsi menghasilkan klorofil dan sebagai tempat berlangsungnya fotosintesis.
3. Kromoplasyaitu plastida yang mengandung pigmen, misalnya :• Karotin (kuning)• Fikodanin (biru)• Fikosantin (kuning)• Fikoeritrin (merah)

h. Vakuola (RonggaSel)Beberapa ahli tidak memasukkan vakuola sebagai organel sel. Benda ini dapat dilihat dengan mikroskop cahaya biasa. Selaput pembatas antara vakuola dengan sitoplasma disebut TonoplasVakuola berisi :• garam-garam organik• glikosida• tanin (zat penyamak)• minyak eteris (misalnya Jasmine pada melati, Roseine pada mawar Zingiberine pada jahe)• alkaloid (misalnya Kafein, Kinin, Nikotin, Likopersin dan lain-lain)• enzim• butir-butir patiPada boberapa spesies dikenal adanya vakuola kontraktil dan vaknola non kontraktil.

i. MikrotubulusBerbentuk benang silindris, kaku, berfungsi untuk mempertahankan bentuk sel dan sebagai “rangka sel”. Contoh organel ini antara lain benang-benang gelembung pembelahan Selain itu mikrotubulus berguna dalam pembentakan Sentriol, Flagela dan Silia.

j. MikrofilamenSeperti Mikrotubulus, tetapi lebih lembut. Terbentuk dari komponen utamanya yaitu protein aktin dan miosin (seperti pada otot). Mikrofilamen berperan dalam pergerakan sel.k. Peroksisom (Badan Mikro)Ukurannya sama seperti Lisosom. Organel ini senantiasa berasosiasi dengan organel lain, dan banyak mengandung enzim oksidase dan katalase (banyak disimpan dalam sel-sel hati).

3. Inti Sel (Nukleus)Inti sel terdiri dari bagian-bagian yaitu :• Selapue Inti (Karioteka)• Nukleoplasma (Kariolimfa)• Kromatin / Kromosom • Nukleolus(anak inti).Berdasarkan ada tidaknya selaput inti kita mengenal 2 penggolongan sel yaitu :• Sel Prokariotik (sel yang tidak memiliki selaput inti), misalnya dijumpaipada bakteri, ganggang biru.• Sel Eukariotik (sel yang memiliki selaput inti).
Fungsi dari inti sel adalah : mengatur semua aktivitas (kegiatan) sel, karena di dalam inti sel terdapat kromosom yang berisi ADN yang mengatur sintesis protein.



INFARK, NEKROSIS DAN GANGREN

17:07:00 Posted by Gayuh Coy No Comment
GANGREN
 Definisi:
Kematian dari jaringan sebagai suatu massa, seringkali dengan pembusukan.

 Tipe gangren :
1. Gangren kering
Disebabkan iskemia tanpa adanya edema atau infeksi makroskopik. Biasanya pada anggota gerak, mengalami mumifikasi, terdapat garis demarkasi. Biasanya setelah sumbatan arterial secara berangsur-angsur.
2. Gangren basah
Membusuk dan membengkak, organ atau anggota gerak. Setelah sumbatan arterial atau kadang vena, sering dipersulit oleh infeksi, seringkali infeksi saprofitik. Sering pada strangulasi usus. Juga infeksi anggota gerak dari gangren yang sebelumnya kering.

 Penyebab:
1. Vaskular: ateroma, aneurisma, trombosis, keracunan ergot, tumor, pembalutan, torniket, ligasi, strangulasi, hematoma, embolisme.
2. Traumatik: cedera crushing dengan kekurangan pasikan darah, ulkus dekubitus, dll.
3. Fisiko-kimiawi: panas, dingin, asam, alkali, sinar X dll.
4. Infektif: piogenik akut (karbunkel), infeksi berat dengan trombosis vaskuler (apendiks gangrenosa), infeksi klostridia (gas gangren)
5. Penyakit saraf: siringomielia, dan tabesdorsalis ulkus tropik (kaitan dengan kehilangan saraf sensorik)


 Efek gangren:
a. Setempat
- Nekrosis jaringan, sering disertai nyeri
- Ulserasi
- Infeksi dan supurasi
- Kehilangan fungsi
- Perforasi dari visera berongga, contoh usus gangrenosa dengan peritonitis
b. Umum
Absorpsi produk pemecahan jaringan dan infeksi  efeksistemik serius  kematian

 Gangren gas
Etiologi: spora anaerob yang membawa klostridia, khususnya Clostridia perfringens (welchii).

 Faktor predisposisi
- Fraktur-fraktur patologis
- Luka penetrans
- Cedera lain
- Bekuan darah
- Jaringan mati
- Benda asing
- Kotoran



 Makroskopik
Nyeri, membesar dengan cepat, mengeluarkan sekret sero-sanguinosa yang berbau busuk. Terjadi pembentukan gas menyebabkan perubahan warna dan krepitasi.

 Patogenesis
Enzim
Toksin bateri
Enzim : sakarolitik dan proteolitik
Toksin : fibrinolisin, hiaheronidase, hemalosilin dan lesitinase

Memecah jaringan yang terinfeksi  timbul daerah anaeraob  penyebaran progresif

 Akibat
- Infeksi menyebar cepat (heneralisata)  produksi gas dalam visera (hepoar, lien)  hemolisin diabsorpsi  hemolisis sistemik  pe ↓ kadar ttb yang cepat  t
- Toksemia berat

INFARK
 Definisi
Suatu daerah nekrosis iskemik yang timbul oleh kurangnya pasokan darah, biasanya oleh embolisme atau trombosit.

 Faktor-faktor predisposisi
Daerah dengan sirkulasi kolateral yang tidak cukup setelah blokade pembuluh darah = daerah/jaringan dengan “end arteri”

 Tipe
1. Aseptik
2. Septik
Keduanya dapat :
a. Anemia atau pucat
Contoh: ginjal, lien, jantung, otak
b. Hemoragik atau merah
Contoh: paru, usus
 Nasib dari infark
- Sangat kecil  perlunakan  absorpsi
- Biasanya: pengangkatan fagositik dari jaringan mati  organisasi daerah ini dengan perbaikan jaringan  parut pucat.

 Perubahan organ
1. Infark ginjal
Terutama korteks. Bentuk baji, pusat, tidak terdapat nyeri.
2. Infark lien
Biasanya pucat, melibatkan kapsul. Ada nyeri, eksudat fibrinosa, sering perlunakan karena autolisis.

3. Infark jantung
Daerah kuning pucat dari otot yang lunak
4. Infark hepar
Terjadi jika terdapat gangguan pasokan darah oleh predisposisi, contoh tumor, dapat merah atau anemia.
5. Infark paru
Merupakan tempat infark yang paling sering. Gambaran merah klasik, bentuk piramidal, keterlibatan pleura  nyeri.
6. Infark usus
Dapat oleh sumbatan vena (torsi, volvulus, strangulasi) atau sumbatan arterial (trombus, embdus). Termasuk tipe hemoragik.
7. Infark SSP
Patologi primer dari banyak kasus hemiplegia, sangat sering terjadi.
a. Perlunakan otak
Sebab :
- Sumbatan arteri serebral oleh trombosis/embolisme
- Iskemia yang dikarenakan sumbatan pembuluh karotis/vertebralis di leher.
Akibat dari keduanya adalah  nekrosis kolikuatif (sebagai perlunakan otak).
b. Medula spinalis
Terjadi perubahan yang serupa
8. Infark septik
Sebab :
a. Embolus yang terinfeksi
b. Infeksi sekunder dari infark yang menetap
Makroskopis : pencairan daerah nekrotik dan pembentukan abses

NEKROSIS
 Definisi
Nekrosis adalah kematian sel

 Penyebab
1. Iskemia : kekurangan oksigen, metabolik lain
2. Infektif : bakteri, virus, dll
3. Fisiko-kimia : panas, sinas X, asam, dll

 Terdapat 2 tipe :
a. Nekrosis koagulatif
Disebabkan oleh denaturasi protein sekular yang menimbulkan massa padar, menetap berhari-hari/berminggu-minggu  larut dan dikeluarkan dari lisis enzimatik.
Tipe ini ditemukan setelah kehilangan pasokan darajh, contoh pada infark
b. Nekrosis kolikuatif
Terjadi pelaritan yang cepat dari sel yang mati. Terutama terjadi pada susunan saraf pusat.
 pemecahan mielin  perlunakan otak
 likuefaksi, contoh: setelah sumbatan vaskular

 Penyebab Nekrosis
1. Iskhemi
Iskhemi dapat terjadi karena perbekalan (supply) oksigen dan makanan untuk suatu alat tubuh terputus. Iskhemi terjadi pada infak, yaitu kematian jaringan akibat penyumbatan pembuluh darah. Penyumbatan dapat terjadi akibat pembentukan trombus. Penyumbatan mengakibatkan anoxia. Nekrosis terutama terjadi apabila daerah yang terkena tidak mendapat pertolongan sirkulasi kolateral. Nekrosis lebih mudah terjadi pada jaringan-jaringan yang bersifat rentan terhadap anoxia. Jaringan yang sangat rentan terhadap anoxia ialah otak.
2. Agens biologik
Toksin bakteri dapat mengakibatkan kerusakan dinding pembuluh darah dan trombosis. Toksin ini biasanya berasal dari bakteri-bakteri yang virulen, baik endo maupun eksotoksin. Bila toksin kurang keras, biasanya hanya mengakibatkan radang. Virus dan parasit dapat mengeluarkan berbagai enzim dan toksin, yang secara langsung atau tidak langsung mempengaruhi jaringan, sehingga timbul nekrosis.
3. Agens kimia
Dapat eksogen maupun endogen. Meskipun zat kimia merupakan juga merupakan juga zat yang biasa terdapat pada tubuh, seperti natrium dan glukose, tapi kalau konsentrasinya tinggi dapat menimbulkan nekrosis akibat gangguan keseimbangan kosmotik sel. Beberapa zat tertentu dalam konsentrasi yang rendah sudah dapat merupakan racun dan mematikan sel, sedang yang lain baru menimbulkan kerusakan jaringan bila konsentrasinya tinggi.
4. Agens fisik
Trauma, suhu yang sangat ekstrem, baik panas maupun dingin, tenaga listrik, cahaya matahari, tenaga radiasi. Kerusakan sel dapat terjadi karena timbul kerusakan potoplasma akibat ionisasi atau tenaga fisik, sehingga timbul kekacauan tata kimia potoplasma dan inti.
5. Kerentanan (hypersensitivity)
Kerentanan jaringan dapat timbul spontan atau secara didapat (acquired) dan menimbulkan reaksi imunologik. Pada seseorang bersensitif terhadap obat-obatan sulfa dapat timbul nekrosis pada epitel tubulus ginjal apabila ia makan obat-obatan sulfa. Juga dapat timbul nekrosis pada pembuluh-pembuluh darah. Dalam imunologi dikenal reaksi Schwartzman dan reaksi Arthus.

GANGGUAN SIRKULASI
I. Kongesti
II. Edema
III. Syok
 KONGESTI
Kongesti atau hiperemia adalah peningkatan jumlah darah dalam jaringan
- Kongesti aktif
Merupakan dilatasi arterial dan kapiler
Terjadi pada latihan dan pada peradangan.
- Kongesti venosa pasif
Merupakan stasis vena
Dapat akut atau kronik, setempat atau U.
1. Kongesti venosa akut pasif
Organ/jaringan merah tua, berisi penuh dengan darah.
a. Setempat:
Karena abstruksi mendadak dari aliran balik vena (venous return)
Contoh: trombosis vena
b. Umum:
Kegagalan jantung akut
Asfiksia
2. Kongesti venosa kronik pasif
a. Setempat:
Disebabkan obstruksi vena yang lama dengan atau tanpa trombosis. Terjadi karena pembesaran lomfonodul, tumor, massa lain yang menekan vena.

b. Umum:
Pada kegagalan jantung kronik.
- Perubahan organ pada kongesti venosa pasif:
Kongesti ringan  hiperemia
Lebih berat atau lama  anoksia jariangan  degenerasi parenkimal
1. Paru
Pada kegagalan jantung kiri kronik dan obstruksi mitral. Paru: padat, coklat dan fibrosa.
2. Hepar
Pada kegagalan jantung kanan
a. Dini: kongesti berat pada hepar
b. Kemudian: kerusakan sel hepar
c. Lanjut: nekrosis dan fibrosis
3. Lien
Dini : sedikit membesar
Selanjutnya: membesar secara makroskopis disertai fibrosis
4. Ginjal
Agak membesar, merah tua
Mikroskopis; glomeruli sangat membengkak
5. Organ lain
Usus, lambung dan visera lain: pembengkakan dan darah.
Anggota gerak: khususnya tungkak mengandung darah berlebihan, sering dan edema.
- Akibat kongesti vena yang lama
1. Pembesaran akibat pembengkakan
2. Anoksia stragnasi dengan degenerasi sel parenkimal dan peningkatan fibrosis
3. Edema

 EDEMA
Merupakan penumpukan cairan ekstra selular yang berlebihan dalam jaringan.
Transudat : massa jenis < 1,020
Eksudat : massa jenis > 1,020
- Penyebab edema
1. Peningkatan dan tekanan vena: cairan keluar dari pembuluh darah ke ruang ekstraselular.
a. Sistemik:
Kegagalan jantung
b. Lokal:
Obstruksi mekanik terhadap drainase
Contoh: uterus gravid menekan vena
2. Penurunan tekanan osmotik darah
Edema: jika protein plasma menurun < 40 gr/l.
Penyebab penurunan protein:
a. Asupan yang tidak cukup
Contoh: edema kelaparan, sindroma malabso
b. Haluaran yang berlebihan
Contoh:
- Penyakit ginjal dengan albuminuria: sindroma nefrotik
- Keluarnya protein pada luka bakar berat
c. Produksi yang kurang
Contoh: penyakit hepar berat dengan defisiensi sintesis proteion.
3. Peningkatan permeabilitas kapiler
Menyebabkan kelebihan cairan dan protein plasma untuk masuk ke dalam jaringan.
a. Sistemik:
Produk bakterial dan bahan kimia  anaksia yang berkaitan dengan kegagalan jantung.
b. Lokal:
Cedera setempat dari pembuluh darah oleh luka bakar, bahan kimia dan infeksi.
4. Peningkatan tekanan osmotik cairan ekstraselular
Kelebihan ion natrium dalam cairan ekstraselular menahan air  edema
Penyebab:
a. Kegagalan jantung
b. Kegagalan ginjal
c. Asupan diet natrium yang berlebihan
5. Obstruksi limfatik
Mencegah drainase cairan jaringan, jika menetap  limfedema. Jika berat  elefantiasis.
Penyebab:
a. Kongenintal
b. Parasitik: infeksi filaria
c. Pembentukan parut: fibrosis setelah infeksi: limfogranuloma venerium
d. Pembedahan: setelah pengeluaran limfenodul inguinal atau aksilar. Contoh: pada karsinoma payudara
e. Keganasan: blokade oleh sel tumor
- Tipe Klinik
2 tipe paling sering dari edema generalisata adalah:
1. Edema jantung
Faktor utama:
a. Peningkatan tekanan hidrostatik dalam vena
b. Anoksia stagnasi dengan peningkatan permeabilitas vaskular
c. Retensi ion natrium dengan peningkatan tekanan osmotik cairan ekstraselular
2. Edema ginjal
Faktor yang terlibat:
a. Penurunan protein plasma  menurunkan tekanan osmotik plasma (oleh karena albumenuria)
Contoh: sindroma nefrotik
b. Peningkatan tekanan osmotik cairan ekstraselular, disebabkan gangguan elektrolit.
Contoh: kegagalan ginjal akut
c. Peningkatan permeabilitas kapiler
Merupakan suatu faktor pada edema glomerulonefritis akut
d. Tumpang tindih dengan edema jantung
Kegagalan jantung yang berkaitan dengan hipertensi sebagai akibat sekunder penyakit ginjal.
Efek edema:
Edema serebral  peningkatan tekanan intraranial, koma, bahkan kematian.
Edema paru  pergeseran udara oleh cairan dalam alveoli  menghambat pertukaran gas dispnu dan sianosis.

 SYOK
Suatu keadaan klinik yang timbul karena penurunan dari volume darah sirkulasi yang efektif.
- Patogenisis stok
Faktor-faktor yang terlibat:
1. Kehilangan darah
Perdarahan internal
Perdarahan eksternal
2. Dilatasi dasar kapiler
Pengumpulan sejumlah besar darah pada dasar kapiler  penurunan volume darah sirkulasi.
3. Neurogenik
Lintasan saraf:
- Syok primer: syok fase awal dan sementara
Pingsan: memikirkan venaseksi, melihat darah
- Syok klinik sejati: berlangsung lebih lama
Perubahan tonus vasomotor  redistribusi darah
4. Kardiogenik
Dikenal sebagai syok sentral.
Kegagalan jantung akut, khususnya setelah infark miokard  kegagalan pompa.
5. Kehilangan plasma dan cairan
- Luka bakar luas
- Anafilaksis
- Syok endotoksik
- Muntah banyak
- Diare
- Efek syok
Syok:
 hipertensi
 penurunan aliran darah ke organ-organ untuk vita  anoksik
1. Otak
Kehilangan kesadaran
Kerusakan struktural permanen
2. Ginjal
Nekrosis tubuler akut
3. Adrenal
Kehilangan lipid kortikal
4. Hepar
Perubahan lemak
5. Jantung
Perubahan lemak minimal
6. Paru
Kongesti








Tidak ada komentar:

Posting Komentar